Pernah Ditolak Penelitiannya, Pelajar SMP Negeri 4 Kota Kediri Menyabet Medali Emas di Tingkat Nasional di Ajang NALATICO 2025
Reporter
Eko Arif Setiono
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
04 - Dec - 2025, 12:21
JATIMTIMES - Medali emas kembali ditorehkan oleh pelajar Kota Kediri dalam ajang riset pelajar tingkat nasional NALATICO 2025 di Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya. Prestasi ini diraih oleh Idni Nazkia Nurmadina pelajar Kelas VIII SMP Negeri 4 Kota Kediri.
Selain medali emas, Idni yang berlomba pada Bidang Sosial dan Humaniora juga menyabet "Special Award" untuk kategori SMP.
Baca Juga : Sinergi Peternak dan Pemerintah Berbuah Penghargaan: Kota Blitar Peringkat II Pengendalian PMK Jatim
Dalam penelitiannya, Idni mengangkat judul "Rekonstruksi Keadaan Perairan Era Jawa Kuno Berdasarkan Relief Kisah Sri Tanjung Candi Surowono dan Candi Penataran".
"Saya berlomba offline di kategori SMP dan pilihan bidang IPS, sehingga berkompetisi hanya dengan sesama jenjang dan pembidangan tersebut," ujar Idni menjelaskan bahwa terdapat bidang IPA, Teknologi serta IPS dan Humaniora.
Di balik perolehan Medali Emas dan Special Award kategori SMP. Idni juga pernah menyodorkan penelitian berjudul pola penyelundupan benih lobster dan ikan sidat, namun ditolak oleh guru pembimbingnya karena dianggap bukan penelitian lapangan dan juga tidak ada uji labnya.
"Awalnya anak kami ini ditolak judul KIR-nya oleh guru pembimbing di SMPN 4 karena dianggap bukan penelitian lapangan dan juga tidak ada uji labnya. Waktu itu latihan di ekskul KIR, Idni mau meneliti pola penyelundupan benih lobster dan ikan sidat dengan mengambil data dari internet saja. Tapi oleh pembimbingnya tidak diterima dan diarahkan ke jenis penelitian yang ada pengambilan data lapangannya atau uji laboratorium," ungkap Fatah Nasikh orang tua Idni yang juga berprofesi sebagai guru Ahli Madya SMKN di Kota Malang.
Berawal dari penolakan tersebut, akhirnya idni diajak jalan-jalan orang tuanya yang juga penggemar sejarah ke Candi Surowono dan Penataran.
"Kebetulan saat itu hari Sabtu, saya pas pulang ke Kediri. Lha karena bapaknya ini penggemar sejarah, refleks saya ajak ke Surowono dan Penataran hari itu. Anak-anak juga sejak kecil biasa kami ajak wisata sejarah, termasuk ke candi-candi baik di Jawa Timur maupun Jawa Tengah dan DIY," ungkap Fatah bapak empat anak ini.
Idni kemudian bertemu dan diajak keliling oleh juru pelihara candi. Dilihatkan panel-panel relief dan dijelaskan cerita yang terpahat di sana berikut makna-maknanya.
Ternyata setelah mengamati relief di kedua candi, perhatian Idni tertuju pada relief yang menggambarkan wilayah perairan. Ada figur ikan besar. Di Surowono ada ikan aneh mirip dugong, dan di Penataran ada ikan lele besar. Keduanya tunggangan arwah putri Sri Tanjung menuju nirwana setelah dia dibunuh oleh suaminya Sidapaksa.
Baca Juga : Gus Yahya Tegaskan Masih Sah sebagai Ketua Umum PBNU, Siap Tempuh Jalur Hukum Jika Diperlukan
Selain itu, keberadaan relief dugong dan spesies lele besar juga menjadi data dalam pengembangan produk berupa deskripsi habitat dan tabel ekologis keadaan wilayah perairan di Jawa Timur selatan pada era Jawa Kuno. Jadi itu model rekonstruksi atau penggambaran ulang kondisi perairan Jawa Kuno menggunakan relief candi.
Sementara itu, Brama Shandy, guru pembimbing KIR SMPN 4 mengatakan, keberhasilan itu tidak lepas dari adanya ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) yang secara masif ditumbuhkan di lingkungan sekolah, sehingga murid bisa melahirkan berbagai inovasi dan penelitian tiap tahunnya.
"Selain itu, juga merupakan hasil sinergi dari para murid, guru, pendamping, sekolah, hingga orang tua yang mendukung," terangnya.
"Nalatico ini sudah terkurasi Puspresnas bintang dua, sehingga nantinya dapat membantu siswa saat SPMB ke jenjang SMA," pungkas Brama
Kegiatan lomba yang digelar secara daring dan luring itu diikuti oleh lebih dari 200 peserta tingkat SD, SMP, dan SMA atau yang sederajat dari berbagai daerah di Indonesia.
