Tembok Rumah Ambruk Diterjang Banjir di Blimbing, Warga Sebut Air Datang Seperti Tsunami

05 - Dec - 2025, 05:21

Kondisi depan rumah Puspa Ena yang diterjang banjir pada Kamis (4/12/2025) (foto: Hendra Saputra/ JatimTIMES)

JATIMTIMES - Banjir besar yang melanda kawasan Jalan Sidomulyo Gang III, Kelurahan Purwodadi, Kecamatan Blimbing, meninggalkan trauma mendalam bagi warga. Salah satunya dialami Puspa Ena, 57 tahun, yang nyaris kehilangan nyawa saat tembok rumahnya tiba-tiba ambruk diterjang air.

Kepada JatimTIMES, Puspa menceritakan detik mencekam peristiwa yang terjadi saat ia berusaha menyelamatkan pakaian cucu-cucunya. Menurutnya, banjir awalnya tidak terlihat mengancam. Namun dalam hitungan detik, air berubah menjadi gelombang besar yang menghantam bagian belakang rumah.

Baca Juga : Profil Bupati Aceh Selatan Mirwan MS yang Diduga Umrah saat Banjir: Kronologi, Kritik Publik, hingga Klarifikasi

“Kejadiannya waktu saya mau menyelamatkan baju-baju cucu saya, tiba-tiba kok gemuruh air terus tembok belakang (bagian kamar) itu kok ambruk. Saya sempat kegulung air yang masuk langsung tinggi waktu itu. Kayak tsunami,” tutur Puspa.

Ia mengaku tak menyangka tembok kamar setebal 40 sentimeter bisa roboh begitu saja. Padahal sebelumnya banjir yang melanda kawasan itu tidak pernah sedahsyat ini.

“Tadinya cuma banjir biasa, kok tiba-tiba makin tinggi. Terus ambruk itu. Tiba-tiba langsung jebol,” lanjutnya.

Puspa menambahkan bahwa banjir parah terakhir terjadi pada 2019, namun kondisinya tidak pernah sampai membuat bangunan rusak berat. Kali ini, air yang datang dari arah Jalan Kemirahan langsung menghantam pemukiman warga.

Saat kejadian, Puspa tengah bersama tiga cucunya. Beruntung, para cucu sudah diamankan ke rumah tetangga sebelum air makin tinggi.

“Untungnya cucu saya saya taruh di depan, ditolong tetangga saja. Saya menyelamatkan barang-barang, baju, kok tiba-tiba air meninggi kayak tsunami itu,” ujarnya.

Baca Juga : Kabar Penggerebekan Produsen Beras Kimia Beredar di WhatsApp, Polisi: itu Hoaks

Puspa bahkan kehilangan kesadaran akibat kelelahan dan syok. “Sadar-sadar itu kemarin saya sudah di rumah tetangga, karena kan saya kaget, lemas sudah. Seumpama saya menyelamatkan barang tepat di kamar, mungkin saya sudah meninggal karena temboknya kan ambruk,” ungkapnya dengan suara bergetar.

Sedikitnya 19 rumah terdampak dalam banjir tersebut. Banyak warga kehilangan barang-barang penting karena arus air datang begitu cepat.

Trauma masih menyelimuti keluarga Puspa. Ia dan suaminya mengaku tidak bisa tidur sepanjang malam setelah kejadian.

“Saya dan suami gak tidur. Takut. Kami khawatir jadi gak bisa tidur,” kata Puspa.