JATIMTIMES - Sebagai sentra susu terbesar di Kota Batu, Dusun Brau di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, mampu memproduksi sekitar 10 ribu liter susu segar. Para petani produsen susu terus menjaga kualitas susu yang dihasilkan.
Namun, akhir-akhir ini harga sapi perah yang naik menjadi salah satu kendala pengembangan para produsen di kawasan tersebut.
Baca Juga : Konversi Limbah Sapi Jadi Energi Baru Terbarukan, Greenfields Indonesia Resmikan Reaktor Biogas di Blitar
Ketua Kelompok Tani Margomulyo sekaligus pengurus Koperasi Margo Makmur Mandiri di Brau Muhammad Munir menjelaskan bahwa peternak di wilayah tersebut menerapkan standar mutu tinggi dalam penanganan susu.
Salah satunya dengan menggunakan alat laktodensimeter untuk mengukur berat jenis susu, sebuah indikator penting dalam menentukan kualitas.
"Berat jenis susu pagi biasanya BJ 25-26, dan susu sore BJ 24. Secara keseluruhan sapi perah, itu diukur pada suhu 27 derajat Celcius, sesuai standar pabrik," ujarnya, Kamis (31/7/2025).
Dikatakannya, harga susu yang diberikan kepada peternak stabil di kisaran Rp7.400 hingga Rp7.500 per liter. Susu yang dihasilkan sebagian besar disetorkan ke pabrik pengolahan susu sapi.
Sedangkan bagi peternak yang berada jauh dari koperasi, untuk susu setelah sapi diperah, dilakukan pengambilan susu l oleh pihak koperasi. Selain itu warga sekitar mengirim langsung ke tempat penampungan susu.
Baca Juga : Santri Qomaruddin Gelar Kirab Budaya, Tandai Grand Opening Ikon Ekonomi Pesantren
Diketahui dari sekitar 600 peternak dengan populasi sekitar 2.000 ekor sapi perah, distribusi susu dilakukan ke enam titik pengolahan. Termasuk salah satunya untuk keju di wilayah Kota Batu dengan volume pengiriman masing-masing mencapai 1.500 hingga 2.000 liter per hari.
Meski harga susu tergolong stabil, diakui Munir, para peternak lebih semangat merawat sapi. Hak tersebut lantaran, saat ini harga per ekor sapi semakin mahal. Pasca-wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), harga sapi perah melonjak signifikan.
"Kalau tahun lalu harga sapi siap perah sekitar Rp 25 juta, sekarang bisa tembus Rp 32 juta per ekor. Kenaikannya sekitar Rp 4 juta sampai Rp 7 juta," tambah Munir.