Minim Tenaga Ahli, Jurusan Ini Siap-Siap Gantikan Peran Ahli Gizi untuk Program MBG

Reporter

Mutmainah J

05 - Dec - 2025, 05:21

Ilustrasi ahli gizi. (Foto: iStock)

JATIMTIMES - Kebutuhan tenaga ahli gizi pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) saat ini masih jauh dari mencukupi. Kondisi ini membuat pemerintah membuka peluang untuk melibatkan lulusan dari program studi lain yang memiliki kompetensi serupa dengan ahli gizi.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menegaskan bahwa keberadaan ahli gizi merupakan syarat penting dalam operasional SPPG. Namun apabila jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan di lapangan, maka pemerintah membuka opsi untuk memanfaatkan lulusan dari jurusan kesehatan dan pangan.

Baca Juga : Hari Bakti PUPR ke-80, Wali Kota Blitar Mas Ibin Gaungkan Perencanaan Infrastruktur Jangka Panjang

“Kalau ahli gizi nggak ada memang masuk boleh juga saya kira sarjana kesehatan. Kan dia juga belajar gizi, sama sarjana pangan. Itu kan belajar gizi juga,” ujar Zulhas dalam Rapat Koordinasi Terbatas Tata Kelola Program MBG di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Rabu (3/12) lalu.

Lonjakan kebutuhan tenaga gizi di ribuan titik dapur MBG tidak sebanding dengan jumlah lulusan gizi yang tersedia. Karena itu, pemerintah perlu memastikan program tetap berjalan sambil tetap menjaga standar gizi makanan yang disajikan.

Jurusan yang Berpotensi Mengisi Peran Ahli Gizi

Beberapa jurusan memiliki kurikulum yang beririsan dengan ilmu nutrisi, pangan, dan kesehatan. Berikut daftar jurusan yang dianggap mampu mendukung kebutuhan tenaga MBG:

1. Ilmu Gizi (Gizi Masyarakat)

Pilihan paling ideal karena mempelajari nutrisi secara mendalam: mulai dari pola makan, diet, perencanaan menu, hingga gizi kesehatan masyarakat. Ini merupakan pengganti paling dekat dengan peran ahli gizi profesional.

2. Teknologi Pangan

Fokus pada proses produksi, pengolahan, pengawetan, dan pengembangan makanan bergizi dan aman. Lulusan teknologi pangan berperan penting memastikan standar kualitas gizi dalam skala besar.

3. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Kesmas)

Cocok untuk peran yang berkaitan dengan kebijakan gizi, promosi kesehatan, hingga intervensi pola makan di tingkat populasi. Lulusan Kesmas dapat terlibat dalam manajemen program MBG di daerah.

4. Kedokteran (Spesialis Gizi Klinik)

Dokter yang mengambil pendidikan lanjutan Spesialis Gizi Klinik (Sp.GK) memiliki kompetensi merencanakan terapi gizi untuk pasien dengan kondisi medis tertentu. Meski ranahnya lebih klinis, keahliannya tetap relevan.

5. Keperawatan

Baca Juga : Brawijaya MUN 2025: Menggagas Solusi Inklusif untuk Krisis Kemanusiaan Global

Perawat mempelajari dasar-dasar nutrisi dan kebutuhan makan pasien, serta sering bekerja sama dengan ahli gizi dalam perencanaan diet. Dengan pelatihan tambahan, mereka bisa mendukung kebutuhan tenaga gizi di lapangan.

Jurusan Mana yang Paling Cocok?

Pemilihan jurusan terbaik sangat bergantung pada minat karier:

• Tertarik konsultasi dan perencanaan diet? → Ilmu Gizi

• Ingin bekerja di industri makanan? → Teknologi Pangan

• Suka kebijakan dan program kesehatan masyarakat? → Kesmas

• Fokus pada terapi gizi klinis? → Kedokteran SpGK

• Mau terjun ke layanan kesehatan langsung? → Keperawatan

Dengan dibukanya peluang bagi berbagai jurusan terkait, pemerintah berharap pelaksanaan dapur MBG dapat berjalan optimal meski terbatasnya jumlah ahli gizi di daerah.